Hos Rico

Rabu, Oktober 22, 2008

Sosial Musik Yang Mengusik

Sadarkah kita bahwa musik telah begitu dasyatnya ambil bagian dalam proses pembentukan pola sosial pada masyarakat. Musik tidak sekedar apresiasi seni untuk menghibur masyarakat yang hanya menyampaikan senandung nada di telinga kita. Namun juga telah berperan dalam pembentukan karakteristik kepribadian para konsumennya.

Akan terasa hambar jika seni musik tak hadir dalam dunia kemanusiaan kita. Terlebih lagi kalangan remaja yang menghiasi masa usianya dengan segala bentuk pencarian jati diri telah begitu antusias menjadikan dirinya sebagai pendengar musik yang sangat rajin.

Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang laju telah menyediakan berbagai cara dan alat untuk mendengarkan musik sesuai selera masing-masing. Terlebih lagi kalangan remaja yang menghiasi masa usianya dengan segala bentuk pencarian jati diri telah begitu antusias menjadikan dirinya sebagai pendengar musik yang rajin. Konser musik yang dilakoni musisi dengan program tournya, selingan musik di televisi, ragam saluran radio, rekaman berbentuk kaset tape, kepingan CD, DVD dan yang sekarang tren dikalangan remaja kita, flashdisk Mp3 adalah bukti bahwa "kita butuh musik", terlepas apakah itu hiburan atau bukan.

Ada beberapa kekuatan musik yang mengkonstruksi dan berdiri di jajaran depan dalam pengaruhnya pada dinamika sosial masyarakat di era globalisasi saat ini. Pertama, musik sebagai gaya hidup masyarakat yang di dalamnya mengeksploitasi sifat konsumtif masyarakat. Musik kini telah menyamai bahkan melampaui kekuatan tren fashion di lingkaran konsumtif masyarakat. Istilah masyarakat konsumsi yang diperkenalkan ilmuan sosial Jean P Baudriallard memang benar adanya. Masyarakat telah distrukturalisasi sedemikian rupa sehingga menjadikannya pemboros yang agung.

Begitu pula yang terjadi pada Musik yang kenyataan adalah lahan subur sebagai nilai jual pasar yang cukup menggiurkan para agen terbesar perubahan kita saat ini, teknologi komunikasi dan informasi. Seperti halnya dunia mode fashion yang sekala musiman, tren-tren-an. Adalah master guru media yang mempengaruhi itu bukan? Disaat artis idamannya berambut direbounding tak lama masyarakat kita terjangkit virus mode rebounding juga. Sama halnya juga yang terjadi dengan teknologi komunikasi dan informasi berinovasi menarik konsumen agar hanyut dalam irama musik yang ditawarkan.

Atau lihat saja pengguna HP yang antusias berlangganan Nada Sambung Pribadi, ringtone yang membuat indah terdengarnya tanda panggilan telepon, flashdisk yang awalnya sebagai penyimpan data juga dilengkapi fasilitas MP3. Semua barang modern itu berinovasi untuk memanjakan kita dengan kemerduan lantunan musik.

Memang kita harus bersyukur dan boleh bangga akan dunia yang kita tempati ini menyediakan fasilitas teknologi yang semakin hari semakin canggih. Tetapi apakah kita sadari bahwa teknologi itu bisa berubah wujud menjadi tuhan yang kita agung-agungkan. Sehingga kitapun tunduk pada nilai sosial yang menjerumuskan kita pada pengeluaran yang tidak fungsional. Dengan kata lain harga mahal suatu barang ternyata tidak pada fungsi seharusnya tetapi kecenderungan pada orientasi kesenangan dan penghargaan sosial yang selalu dikejar. Tidak dapat kita sangkal bukan kalau musik telah menjadi salah satu pemeran utama dalam gaya hidup Masyarakat.

Seperti yang diungkap di atas bahwa musik setali tiga uang dengan realita mode fashion yang menarik masyarakat menjadi bunglon tren di saat media berwarna hijau kitapun berwarna hijau, dengan kata lain kita selalu berpatok pada media untuk menentukan lifestyle kita. Mengikat masyarakat secara ideologi sehingga dalam musik sendiri terklasifikasi dan juga terjadi tren musik yang selalu ada yang basi dan ada yang lagi hits.

Kedua, musik adalah pengorganisasian segala bentuk apresiasi kejiwaan yang selanjutnya menjadi identitas sosial. Dalam dunia Pakaian, jenisnya dapat menjadi sebuah tanda untuk menempatkan seseorang pada kelas sosialnya. Pakaian jas menandakan level status yang tinggi, pakaian yang urakan menandakan pada kelas bawah. Jenis musik yang beragam juga begitu; pop, dangdut, rock, jazz, metal, rap, ska dan lain sebagainya telah menjadi pegangan kuat untuk mengidentitaskan dirinya. Dengan jenis musik pilihannya orang tersebut merasa dirinya bebas berekspresi seperti yang ia inginkan.

Ketiga, musik adalah juga pembangkitan aspek psikis dalam tindakan sosial dan tatanan refleksi kesadaran masyarakat pendengar. Artinya isi lirik dan tempo dalam sebuah lagu dapat berpengaruh terhadap kejiwaan pendengarnya. Semisalnya saja orang yang gemar musik rock akan Menonjolkan sikap berani dalam kehidupannya. Walaupun tidak pasti demikian, tetapi kita belajar dan bersosialisasi adalah dengan ke 5 indera yang kita punya. Apa yang kita dengar apa yang kita ucapkan dengan segala bentuk model komunikasi adalah bentuk interaksi kita untuk belajar. Musik di sini menjadi subunsur pengindraan yang mendidik dan membentuk kita menjadi model kepribadian yang unik, berbeda satu sama lain. Melodi dari sebuah lagu akan dihayati oleh pendengarnya sehingga akan hanyut dalam isi/pesan lagu tersebut.

Selanjutnya bekerjalah sistem pikiran dan emosi pendengar untuk merefleksikan pesan musik itu pada dirinya. Terlebih para remaja yang terlalu pikir pendek akan lebih gampang terpengaruh dari apa yang ia dengar (baca: musik). Isi pesan musik yang berkisar cinta-cinta melulu akan membuat tindakan berpikir sosialnya menjadi lemah. Mereka terlalu hanyut oleh dunia romantis asmara yang diperdengarkan oleh media musik global saat ini. Apalagi oleh pola konsumtif yang semakin tidak rasional. Pola tingkah laku yang semakin memalukan. Padahal masih banyak tanggung jawab yang menanti pemuda (yang kini lebih senang disebut anak muda) untuk membenahi bangsa ini.

Label:

posted by Hos Rico at 04.11

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home